Senin, 05 November 2012

Sistem pakar untuk mendiagnosa penderita bulimia nervosa

Sistem pakar (Expert Sysetem) merupakan suatu metode Artificial Intelligence yang berguna untuk meniru cara berpikir dn penalaran aeorang ahli dalam mengambil keputusan berdasarkan situasi yang ada. Sistem Pakar ini berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer supaya komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan para ahli.

Komponen Sistem Pakar :
·         Basis Pengetahuan (knowledge base) : berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, memformulasikan dan memecahkan persoalan.
·         Motor inferensi (inference engine) : dua cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi yaitu forward chaining (data-drivenàinferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh) dan backward chaining (goal-drivenàdimulai dari hipotesis, kemudian mencari bukti yang mendukung).
·         Blackboard  : area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan juga untuk  perekaman hipotesis dan keputusan sementara.
·         Subsistem akuisisi pengetahuan : akumulasi, transfer dan transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atu sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan.
·         Antarmuka pengguna (user interface) : digunakan untuk media komunikasi antar user dan program.
·         Subsistem penjelasan : digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan
·         Sistem penyaringan informasi

Pengertian Gangguan Bulimia Nervosa :
Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum.

Penyebab Bulimia :
Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para ahli meyakini ada beberapa factor yang bisa menyebabkan penyakit ini:
- masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.
Masalah penampilan serta berat badan merupakan factor utama yang penyebab bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi akibat bulimia yang mengerikan.
Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa gemuk. Hal ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olah raga berlebih dan akhirnya menderita bulimia.
Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan secara spesifik karena kompleksnya penyakit.

Karakteristik diagnostic Bulimia Nervosa ( DSM IV , APA 2000 )
·         Episode berulang dari makan berlebihan seperti :
1)      Memakan makanan dalam jumlah yang sangat luar biasa selama periode 2 jam
2)      Merasa kehilangan kontrol terhadap pemasukan makanan pada saat episode tersebut.
·         Perilaku tidak sesuai yang sering terjadi untuk menjaga agar berat badan tidak bertambah seperti membangkitkan rasa ingin muntah, penyalahgunaan obat pencahar, dll.
·         Rata-rata minimal dalam seminggu terjadi dua episode makan berlebihan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai untuk menghindari bertambahnya berat badan, dan hal ini terjadi minimal selama 3 bulan.
·         Perhatian berlebihan yang terus menerus pada bentuk dan berat badan.

Penanganan Bulimia Nervosa :
1.      Terapi Psikodinamika
Terapi ini terkadang dikombinasikan dengan terapi perilaku untuk menggali lebih dalam konflik psikologis yang ada.
2.      Terapi Kognitif – Behavioural
Berguna dalam membantu penderita bulimia untuk mengatasi pikiran dan keyakinan self-defeating , seperti pemikiran yang tidak realistis dan perfeksionis mengenai diet dan berat badan. Untuk menghilangkan kebiasaan memaksa diri memuntahkan makanan, terapis dapat menggunakan teknih behavioural yaitu exposure with response prevention.
3.      Terapi Interpersonal
Terapi ini menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebiasaan dan sikap makan yang lebih sehat.

Pengobatan Bulimia Nervosa :
1.      Terapi psikis
Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka. Terapi konseling seringkali harus dikombinasikan dengan obat antidepresan.
2.      Obat-obatan.
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenisselective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine(Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), danparoxetine (Seroxat).
Berikut adalah uraian penjelasan desain sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan bulimia nervosa :
1)      Pada tahap pertama, latar belakang medis suatu penyakit dicatat melalui wawancara pribadi antara psikolog dan klien yang diduga mengalami gangguan bulimia nervosa. Sehingga menghasilkan data-data pemeriksaan klien yang terdiri dari identitas klien, riwayat penyakit keluarga, keadaan umum klien dan gejala-gejala penyakit yang dirasakan klien.
2)      Untuk meyakinkan pengambilan keputusan jenis gangguan apa yang dialami klien, psikolog menggunakan aplikasi Sistem Pakakar.
3)      Kemudian, psikolog melakukan antar muka input Sistem Pakar dengan cara : Membuka aplikasi sistem pakar pada komputer, log in, mengisi form yang ada dengan meng- klik item-item yang termasuk dalam gejala-gejala penyakit yang dirasakan klien. Dalam tahap ini, sistem pakar pada basis pengetahuan terdiri dari data informasi mengenai Gangguan     bulimia nervosa dengan seperangkat dibuat dimana masing-masing aturan yang terkandung dalam bagian IF mempunyai gejala dan  dalam bagian Then mempunyai penyakit yang dispesifikasikan.  Mesin inferensi (forward chaining) adalah algoritma pencocokkan pola yang tujuan utamanya adalah untuk mengasosiasikan fakta (data input) dengan aturan yang berlaku dari basis aturan (rule base).
4)      Setelah terjadi pencocokkan pola yang terjadi dalam mesin inferensi, yaitu gejala-gejala klien sesuai dengan gejala-gejalabulimia nervosa yang ada dalam data pengetahuan sistem pakar, maka dalam proses antarmuka output dihasilkan pernyataan diagnosis penyakit berupa gangguan bulimia nervosa.
5)      Setelah mengetahui jenis gangguan kecemasan yang dialami klien, akan muncul pula  kondisi umum klien ,dan obat medis yang boleh digunakan serta jenis-jenis terapi yang bisa digunakan untuk menangani gangguan bulimia nervosa ini. Oleh karena itu psikolog dapat dengan mudah dan segera menentukan jenis penanganan apa yang sesuai dengan klien.

 




























Rounded Rectangle: BASIS PENGETAHUAN





Rounded Rectangle: MESIN IFERENSI

Rounded Rectangle: USER


















Rounded Rectangle: FASILITAS PENJELAS




Rounded Rectangle: PROSES AKUISISI PENGETAHUAN








Rounded Rectangle: PAKAR
 

Rathus, S.A., dkk. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.
Papalia, D.E., dkk. (2009). Human Development. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.
Supratiknya, D. A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar