BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam
pasal 3 dinyatakan bahwa fungi s pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran serta dari
semua pihak, antara lain adalah lembaga pendidikan. Berbagai upaya
terlah dilakukan oleh lembaga pendidikan utuk meningkatkan mutu
pendidikan, seperti penyediaan media pembelajaran laboratorium
perpustakaan dan para penyelenggara pendidikan terutama tenaga
pengajarnya. Di sisi lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan
diadakannya tes setiap akhir semester untuk mengetahui prestasi siswa
dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan serta untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dalam
kurung waktu tertentu sesuai dengan kurikulum. Peningkatan kualitas
guru pun dalam proses belajar mengajar termasuk salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan.
BAB II
TINJAUAN MENGENAI
MOTIVASI BELAJAR
2.1 Pengertian Motivasi dan perbedaannya dengan
motif
Disamping konsep motivasi terdapat pula konsep motif. Kedua
konsep ini sebenarnya berbeda namun dalam penggunaannya sering
tertukar.
Morgan (1975) menegaskan adanya perbedaan antara kedua
konsep tersebut. Menurutnya, motif merupakan suatu kekuatan dalam diri
yang mendorong seseorang melakukan suatu tindakan, selaras dengan
kebutuhan yang ada dalam dirinya. Sedangkan motivasi adalah suatu
keadaan yang menggerakkan, mengarahkan tingkah laku individu
(Morgan, 1979) . Dengan demikian, motivasi merupakan perwujudan dari
potensi motif dalam diri individu yang akan dimanifestasikan dalam bentuk
tingkah laku nyata, selaras dengan situasi yang dihadapinya.
McClelland (1975) mengatakan pula bahwa setiap tingkah laku
mempunyai motif. Motif sebenarnya timbul karena adanya kebutuhan.
Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang biasa dikenal dengan
istilah need. Adanya kekurangan dalam diri individu (dalam arti adanya
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang menjadi
kenyataan) menandakan adanya kebutuhan. Adanya kebutuhan inilah
yang menimbulkan motif, yaitu kekuatan dalam diri yang mendorong dan
mengarahkan tingkah laku individu agar dapat memuaskan kebutuhannya
tersebut.
2.2 Jenis Motivasi
Woolfolk (1995) menggolongkan motivasi ke dalam dua bagian
yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari faktor minat atau ketertarikan,
serta motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan
sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk
suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang
terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan
dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi
kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi
dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik
atau ahli, selain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan
minat dan perasaan senang.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar.
Winkel (1991) mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar,
bersumber pada penghayatan atas suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan
itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus
melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu
kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain
memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam
motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar,
melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya
dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka
motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain : belajar demi
memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman, belajar demi
memperoleh hadiah materi yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan
gengsi social, atau belajar demi memperoleh pujian dari orang yang
penting (guru dan orang tua).
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.
2.3 Proses Motivasi
Pada umumnya tingkah laku diarahkan pada suatu tujuan dalam
rangka memenuhi kebutuhan indivdu. Proses motivasi sebagai pengarah
tingkah laku dapat dikatakan sebagai suatu siklus dan merupakan suatu
system yang terdiri dari tiga elemen. Ketiga elemen tersebut adalah:
kebutuhan (needs), dorongan (drives), dan tujuan (goal).
Luthans (1981:150) mengemukakan ketiga elemen tersebut
sebagai berikut:
a. Kebutuhan (needs)
Kebutuhan merupakan suatu kekurangan/deficiency . dalam
pengertian keseimbangan, kebutuhan tercipta apabila tejradi
ketidakseimbangan yang bersifat fisiologis atau psikologis.
b. Dorongan (drives)
Suatu dorongan didefinisikan secara sederhana sebagai suatu
kekurangan disertai pengarahan. Menurut Hull’s dorongan berorientasi
pada tindakan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan (goals)
Suatu tujuan dari siklus motivasi adalah segala sesuatu yang akan
meredakan suatu kebutuhan dan akan mengurangi dorongan. Jadi
pencapaian suatu tujuan cenderung akan memulihkan keseimbangan
yang bersifat fisiologis dan psikologis.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motif
Berprestasi
Mc Clelland (1953) mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi motif berprestasi, meliputi:
a. Faktor Individual
Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah faktor
intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya. Intelegensi
merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki seseorang
dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses pemecahan
masalah yang dilakukan individu. Apabila individu mempunyai taraf
intelegensi diatas rata-rata maka kemungkinan motif berprestasinya
tinggi dan apabila individu mempunyai taraf intelegensi di bawah ratarata
maka kemungkinan taraf motif berprestasinya rendah. Taraf
kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki indviidu juga akan turut
menentukan atau mempengaruhi prestasi yang dicapainya.
Faktor lainnya adalah penilaian individu mengenai dirinya sendiri.
Misalnya mengenai kondisi fisik, kemampuan melakukan suatu tugas
atau apa yang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan pendapat DeCecco
& Crawford (1977), bahwa dalam membicarakan motivasi tidak dapat
dilepaskan dari faktor kepribadian individu seperti sikap dan nilai-nilai
yang ada dalam dirinya.
b. Faktor Lingkungan
Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada
diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motif berprestasinya.
BAB III
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Bila merujuk pada pandangan Luthan, F. dan McClelland dapat disimpulkan bahwa pada diri setiap manusia telah tersedia
potensi energy atau sebuah kekuatan yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan tingkah lakunya pada tujuan. Di dalamnya tercakup pula
potensi energi/kekuatan untuk berprestasi (motif berprestasi) yang
kekuatannya berbeda pada setiap manusia. Apabila terpicu, potensi energi
berprestasi ini keadaannya akan meningkat bahkan akan menggerakkan
dan mengarahkan pada tingkah laku belajar. Dengan demikian hal ini
dapat memberikan pandangan sekaligus harapan bagi para pendidik/guru
bahwa:
1) Setiap diri anak didik/siswa telah dibekali kekuatan untuk berprestasi
(motivasi berprestasi).
2) Kekuatan berprestasi setiap siswa berbedabeda.
3) Kekuatan berprestasi setiap siswa dapat
ditingkatkan.
4) Setiap siswa dapat menunjukkan tingkah laku
belajar atau usaha-usaha untuk mencapai tujuan belajar (memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan pengembangan belajar).
5) Di samping itu, guru perlu lebih menghayati
perannya sebagai pendidik sehingga muncul rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri dalam memproses anak didik.
6) Guru membutuhkan upaya-upaya yang dapat
memicu bergeraknya motivasi berprestasi setiap siswa.
Faktor individual, keluarga, dan lingkungan merupakan
factor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Mengingat
hal itu maka guru seyogyanya melakukan hal berikut ini:
1) Mengenal setiap siswa secara pribadi agar dapat melakukan
pendekatan kepada siswa secara tepat sesuai keadaan kemampuan
(kekuatan dan kelemahan pribadi) siswa.
2) Menciptakan suasana/iklim belajar yang menyenangkan.
3) Di samping itu, kiranya yang perlu dilakukan guru agar tercipta
suasana kelas yang menyenangkan adalah apabila pendidik menguasai
berbagai methode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara
tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta
penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah-ubah
cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas.
4) Khusus pada siswa yang sudah tergolong remaja dan menjelang
dewasa, seyogyanya guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan
dapat menerapkan pola mengajar andragogi pada siswa .
BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa:
1. Motivasi belajar siswa menunjukkan pengertian sebagai kekuatan
dalam diri siswa (energy) yang mendorong siswa melakukan usahausaha
mencapai tujuan belajar. Disamping itu menunjukan adanya
orientasi siswa / arah tingkah laku siswa pada pencapaian tujuan
belajar.
2. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, hendaknya guru
memperhatikan hal berkut ini:
a. Memiliki paradigm/pandangan positif terhadap upaya peningkatan
motivasi siswa
b. Memiliki keyakinan kuat bahwa pada setiap diri siswa telah tersedia
kekuatan besar (berupa motivasi belajar) untuk menunjukkan
tingkah laku belajar.
c. Peran guru adalah melakukan upaya yang dapat memicu
bergeraknya kekuatan/energy tersebut secara lebih tepat dan
cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar